Kamis, 28 September 2017

Riwayat Samanhudi, Tahukah siapa beliau?

Solo, SPB UNS -  Kunjungan ke kampung Laweyan oleh siswa Sekolah Penerus Bangsa, merupakan rangkaian kunjungan yang dilakukan untuk mendalami sejarah  KH Samanhudi, tokoh pergerakan nasional, sekaligus pendiri Sarekat Dagang Islam yang berpusat di Kota Surakarta. Terkait kunjungan tersebut, beberapa tempat bersejarah yang memiliki nilai historis menjadi topik menarik untuk siswa SPB pelajari.

     Dalam kunjungan pertama (22/9), Sambutan Kepala Lurah desa Laweyan memberikan pengarahan singkat mengenai keberadaan Samanhudi di Surakarta masa itu. Dilanjutkan menuju Masjid Laweyan, yang merupakan saksi sejarah keberagaman kepercayaan agama pada masa itu. Gaya arsitekturnya memperlihatkan bentuk masjid tersebut menyerupai Pura, tempat ibadah agama Hindu. Dalam perkembangannya, Pura tersebut mengalami perubahan dan ditempati oleh umat muslim. 

      Pada timur laut masjid, terdapat jembatan dan sungai kambangan yang merupakan jalan penghubung Solo dan Sukoharjo pada masa itu sebagai jalur perdagangan utama. Tour guide menjelaskan beberapa fakta mengenai perbedaan dua wilayah yang dipisahkan sungai tersebut, bahwa pada wilayah Solo ditempati oleh para Saudagar. Bangunan tinggi menjadi ciri khas, bahwa untuk menjaga ide batik dibuatnya bangunan tinggi agar tidak mudah ditiru saudagar lain. Sementara di Sukoharjo merupakan kediaman para pengrajin batik.

        Terdapat dua rumah pemberian presiden pertama, Soekarno, kepada KH Samanhudin yang masih ada. Namun, hanya satu rumah yang masih memiliki arsitektur asli yakni rumah yang ditempati anak cucu Samanhudi. 

     Makan Samanhudi terletak tidak jauh dari Masjid Laweyan, yang merupakan kompleks pemakaman pejuang-pejuang jaman dulu. Disebelah makamnya, terdapat makam dari istri pertamanya. Sementara istri keduanya, yang merupakan perjodohan, dimakamkan di keraton.
       
     Keutara masjid terdapat sebuah tugu penanda yang dibuat Samanhudin untuk menandai keberadaan kampung Batik. Wilayah tersebut menjadi kampung batik sejak Samanhudin memusatkan Sarekat Dagang Islam di daerah tersebut.

          Setelah kunjungan tersebut, Museum Laweyan yang terletak di Balai Kelurahan Desa Laweyan menyimpan banyak cerita dan sejarah beliau. Banyak foto dan salinan dokumen yang menjelaskan keberadaan beliau. Tokoh-tokoh nasional yang pernah 'NgeKos' di kampung Laweyan, seperti Soekarno. Sejarah lengkap mengenai Samanhudi dan Sarekat Dagang Islam dapat ditemui di setiap koleksi sejarah yang dimiliki pada museum tersebut.

      


Rabu, 20 September 2017

Aksi Penabung Tawa

Hai! teruntuk kalian pemuda-pemudi yang merasa bahwa masa kecil kalian sangat bahagia, penuh kasih sayang, punya banyak pilihan mainan atau koleksi buku bergambar untuk dicoret. Atau teruntuk kalian yang merasa masa kecil kalian kurang bahagia, mainan tak seberapa, tak banyak kisah dongeng yang dibaca atau sekedar mencoret buku bergambar.

PAUD Kampung Sewu, Surakarta.
   Mungkin bagi sebagian orang, mainan hanyalah barang penghabis uang, buku bergambar hanyalah coretan tak bermakna, atau buku kisah dongeng hanyalah buku biasa. Tapi bagi seorang anak kecil lebih dari itu, adalah media mereka berekspresi, mencurahkan masa kanak-kanak, melatih kreatifitas dan secara tidak sadar membentuk kepribadian mereka.

       Pendidikan paling dasar bagi mereka, PAUD yang seharusnya menjadi solusi baik bahkan memiliki ironi nya sendiri. Kondisi bangunan yang seadanya, mainan usang, buku terbatas, dan bahkan pengajar yang tak memadai.


      Lalu dimana peran kita bagi mereka? apakah kalian yang memiliki masa kecil bahagia tak ingin memberikan kebahagiaan yang sama pada mereka. Atau kalian yang merasa tak memilikinya, tak ingin melakukan hal yang sama untuk membahagiakan mereka?

       Saya mengajak kalian untuk turut serta bersama bergabung ke APETA (Aksi Penabung Tawa). Dimulai dari gerakan sederhana dari diri sendiri, namun memberikan dampak luar biasa bagi orang lain. Pernahkah kalian terpikir untuk menabung uang kembalian kalian membeli makanan walau hanya seribu rupiah? Coba kita pikirkan baik-baik, jika setiap makan kita setidaknya menabung 1000 dalam sehari ada 3000, dan dalam seminggu ada 21.000. Maka, dalam seminggu setidaknya kalian bisa membeli satu/dua buku bergambar atau bahkan lebih. Setidaknya dari tabungan sederhana ini memberikan jendela pengetahuan bagi seorang anak untuk belajar, dan mengenal dunia.

      APETA ini memang masih sebuah ide aksi yang sederhana, tapi insyaallah dengan kerelaan hati kita, dan kesediaan kita, bisa memberikan penghidupan masa kecil yang  bahagia bagi anak-anak negeri tercinta ini.  Kami tidak bisa bergerak sendirian, maka bergabunglah!
Email   : hgreenydelpbel@gmail.com
Nomer  : 081342284266

"Seribu tabunganmu, seribu tawa untuknya!"